Jika Saja Pejabat Berorganisasi Seperti Kami Mahasiswa Beroganisasi
Pada sidang tindak pidana yang diaksanakan di Pendadilan Negri Tipikor (31/10/2019), Jaksa KPK memaparkan bagaimana Wawan mengontrol anggaran dana Dinas Kesehatan Kota Banten sehingga dapat dikorupsi. Dengan bantuan kakanya, Ratu Atut yang saat itu menjabat sebagai Gubernur Banten, Wawan berhasil menjalin kerjasama secara bebas dengan dengan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Banten, Djadja Buddy Suhardja. Djadja diminta untuk menandatangani surat loyalitas terhadap Ratu Atut saat akan dipromosikan sebagai Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Banten. Wawan bersama Djadja bekerjasama dalam pengadaan alat kesehatan di Dinas Kesehatan Provinsi banten pada tahun 2012. Mulai dari pengusulan anggaran hingga menentukan perusahaan yang akan memenangkan tender pengadaan alat keehatan tersebut.
Saat masa awal-awal jabatan di organisasi, kegiatan dimulai dengan menyusun rencana kegiatan (Agenda maupun Proker )selama periode jabatan berlangsung. Setelah itu dilanjutkan dengan menyusun anggaran setiap bidang yang nantinya akan dibahas bersama dengan bidang-bidang lain beserta Badan Pengawas Harian (BPH) yang beranggotakan Ketua, wakil ketua, sekertaris dan bendahara dalam Rapat Kerja (RAKER). Selama Raker berlangsung, setiap bidang akan memaparkan kegiatan yang akan mereka lakukan berkaitan dengan bidangnya dan berapa anggara yang mereka butuhkan untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan tersebut.
Hal yang paling menyenangkan terjadi saat dimana bidang yang memaparkan rancangan kegiatan dan rancangan anggaran dananya membuka sesi diskusi. Bidang-bidang yang lain akan mempertanyakan segala macam hal terkait kegiatan tersebut, mulai dari apakah kegaiatan tersebut relevan dengan bidang yang membawa kegiatan tersebut, apakah kegiatan tersebut dibutuhkan, apakah sasaran dari kegiatan tersebut sudah sesuai dan lain sebagainya. momen seperti ini amat sangat penting bagi para penggurus organisasi diawal masa keanggotaan mereka. Pada masa tersebut seluruh anggota ikut berproses dan merancang jalur untuk mencapai tujuan organisasi bersama-sama.
Hal yang paling penting dari raker adalah pembahasan mengenai anggaran dana. Tidak jarang anggaran dana yang diajukan oleh bdang yang mengusulkan kegiatan tersebut akan dipangkas beberapa persen oleh BPH. Untuk menutupinya, anggota bidang tersebut tidak jarang melakukan kegiatan untuk memperoleh tambahan uang. Kegiatan yang paling sering dilakuakan di organisasi kampus yaitu berjualan, kami meneybutnya danus. Hal yang sampai ini masih saya pikirkan yaitu, kami kerja tidak dibayar kadangpun kami masih harus mengeluarkan uang untuk membayar kas bidang ataupun menutupi kerugian danus jika tidak laku terjual. Tapi hal-hal tersebut tidak mengurangi niat kami untuk tetap berorganisasi. Jangankan untuk mengambil untung dari hasil danus, kadang kita masih harus menutupi kerkurangan dari danus tersebut jika jualan tidak laku.
Sebenarnya apa yang merasuki bapak/ibu yang terhormat yang saat ini menduduki jabatan strategis dipemerintahan? apa kurangnya pengawasan dan kurang ketatnya laporan pertanggung jawaban yang harus mereka tulis diakhir periode jabatan? saya teringat pada periode akhir jabatan dimana setiap bidang akan memaparkan hasil kegiatan yang dilakukan serta melaporkan rincian dana yang keluar dan masuk kedalam kas. Pemaparan ini bukan lagi dilakukan didalam organisasi pengurus, namun kepada seluruh warga jurusan mulai dari kakak tingkat hingga mahasiswa baru. Rasa penasaran sempat terbesit memikirkan apakah bapak/ibu yang menduduki jabatan strategis akan panas dingin dan demam panggung jika diminta untuk melaprokan seluruh hasil kegiatan selama periode jabatannya didepan masyarakat luas. Saya pun begitu, deg-degan dan sedikit takut walaupun saya sudah meyakini diri dengan laporan pertanggung jawaban yang saya buat sudah sesuai dengan realita yang ada. Andai saja laporan pertanggung jawaban juga diberlakukan kepada pejabat pemerintah, pasti transparasi di Negri ini akan lebih baik lagi dan tentunya akan mempersempit celah kecurangan bagi tikus-tikus berdasi.
Saat masa awal-awal jabatan di organisasi, kegiatan dimulai dengan menyusun rencana kegiatan (Agenda maupun Proker )selama periode jabatan berlangsung. Setelah itu dilanjutkan dengan menyusun anggaran setiap bidang yang nantinya akan dibahas bersama dengan bidang-bidang lain beserta Badan Pengawas Harian (BPH) yang beranggotakan Ketua, wakil ketua, sekertaris dan bendahara dalam Rapat Kerja (RAKER). Selama Raker berlangsung, setiap bidang akan memaparkan kegiatan yang akan mereka lakukan berkaitan dengan bidangnya dan berapa anggara yang mereka butuhkan untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan tersebut.
Hal yang paling menyenangkan terjadi saat dimana bidang yang memaparkan rancangan kegiatan dan rancangan anggaran dananya membuka sesi diskusi. Bidang-bidang yang lain akan mempertanyakan segala macam hal terkait kegiatan tersebut, mulai dari apakah kegaiatan tersebut relevan dengan bidang yang membawa kegiatan tersebut, apakah kegiatan tersebut dibutuhkan, apakah sasaran dari kegiatan tersebut sudah sesuai dan lain sebagainya. momen seperti ini amat sangat penting bagi para penggurus organisasi diawal masa keanggotaan mereka. Pada masa tersebut seluruh anggota ikut berproses dan merancang jalur untuk mencapai tujuan organisasi bersama-sama.
Hal yang paling penting dari raker adalah pembahasan mengenai anggaran dana. Tidak jarang anggaran dana yang diajukan oleh bdang yang mengusulkan kegiatan tersebut akan dipangkas beberapa persen oleh BPH. Untuk menutupinya, anggota bidang tersebut tidak jarang melakukan kegiatan untuk memperoleh tambahan uang. Kegiatan yang paling sering dilakuakan di organisasi kampus yaitu berjualan, kami meneybutnya danus. Hal yang sampai ini masih saya pikirkan yaitu, kami kerja tidak dibayar kadangpun kami masih harus mengeluarkan uang untuk membayar kas bidang ataupun menutupi kerugian danus jika tidak laku terjual. Tapi hal-hal tersebut tidak mengurangi niat kami untuk tetap berorganisasi. Jangankan untuk mengambil untung dari hasil danus, kadang kita masih harus menutupi kerkurangan dari danus tersebut jika jualan tidak laku.
Sebenarnya apa yang merasuki bapak/ibu yang terhormat yang saat ini menduduki jabatan strategis dipemerintahan? apa kurangnya pengawasan dan kurang ketatnya laporan pertanggung jawaban yang harus mereka tulis diakhir periode jabatan? saya teringat pada periode akhir jabatan dimana setiap bidang akan memaparkan hasil kegiatan yang dilakukan serta melaporkan rincian dana yang keluar dan masuk kedalam kas. Pemaparan ini bukan lagi dilakukan didalam organisasi pengurus, namun kepada seluruh warga jurusan mulai dari kakak tingkat hingga mahasiswa baru. Rasa penasaran sempat terbesit memikirkan apakah bapak/ibu yang menduduki jabatan strategis akan panas dingin dan demam panggung jika diminta untuk melaprokan seluruh hasil kegiatan selama periode jabatannya didepan masyarakat luas. Saya pun begitu, deg-degan dan sedikit takut walaupun saya sudah meyakini diri dengan laporan pertanggung jawaban yang saya buat sudah sesuai dengan realita yang ada. Andai saja laporan pertanggung jawaban juga diberlakukan kepada pejabat pemerintah, pasti transparasi di Negri ini akan lebih baik lagi dan tentunya akan mempersempit celah kecurangan bagi tikus-tikus berdasi.
Komentar
Posting Komentar